Saat kita sakit, umumnya kita mengonsumsi
obat. Obat yang kita minum tersebut dapat menyingkirkan penyebab
penyakit, menghilangkan gejala penyakit, atau menghilangkan akibat
lanjutan dari suatu penyakit. Apa pun jenis obat yang kita minum,
bagaimanakah nasibnya di dalam tubuh kita?
Untuk dapat memberikan efek yang
diinginkan, obat harus dapat mencapai tempatnya bekerja. Misalnya kita
meminum antibiotik untuk pengobatan infeksi ginjal/kandung kemih. Agar
antibiotik dapat bekerja untuk membunuh bakteri, obat tersebut harus
mencapai ginjal (tempat antibiotik bekerja) terlebih dahulu. Setelah
mencapai ginjal, antibiotik dapat membunuh bakteri sehingga memberikan
kesembuhan yang diharapkan.
Setelah obat bekerja di dalam tubuh
dan menghasilkan efek, obat akan dikeluarkan dari dalam tubuh. Ada
banyak tahapan yang perlu dilalui obat mulai dari pemberian, kemudian
menghasilkan efek, dan terakhir dikeluarkan dari dalam tubuh. Tahapan
tersebut dikenal dengan nama administrasi, liberasi, absorpsi,
distribusi, metabolisme, dan ekskresi.
Obat yang berada di dalam tubuh akan dianggap
sebagai benda asing oleh tubuh karena secara normal senyawa obat tidak
terdapat di dalam tubuh. Tubuh memiliki mekanisme alamiah untuk
mendetoksifikasi (menurunkan ketoksikan suatu zat) benda asing yang
masuk ke tubuh. Oleh karena itu, senyawa obat akan didetoksifikasi oleh
tubuh sehingga obat tidak terlalu toksik/beracun bagi tubuh. Proses
detoksifikasi obat oleh tubuh merupakan tahapan metabolisme obat.
Sebagian besar obat akan didetoksifikasi di hati oleh enzim-enzim
mikrosomal hati. Hasilnya merupakan suatu senyawa yang sifat
toksik/beracunnya lebih rendah dibandingkan dengan senyawa awal sehingga
tidak terlalu beracun bagi tubuh.
Tahap terakhir yang dialami oleh obat
adalah tahap ekskresi. Pada tahap ini obat akan dikeluarkan dari dalam
tubuh dengan berbagai cara, antara lain melalui ginjal (air seni),
saluran cerna (faeces), kulit (keringat), pernapasan (udara), mata (air
mata), atau kelenjar payudara (air susu). Sebagian besar obat
dikeluarkan melalui ginjal. Jika ginjal kita mengalami gangguan, kadar
obat dalam tubuh akan meningkat akibat terhambatnya proses pengeluaran
obat melalui ginjal. Oleh karena itu, pada penderita gangguan ginjal,
perlu dilakukan penyesuaian dosis obat - terutama untuk obat yang dalam
kadar rendah dapat menimbulkan keracunan dan obat yang toksik bagi
ginjal (nefrotoksik) - agar kadar obat dalam tubuh tidak terlalu tinggi
karena dikhawatirkan akan menimbulkan keracunan bahkan kematian bagi
penderita. *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar